DATARAN TINGGI DIENG
Nama Dieng berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
"di" yang berarti tempat, dan "hyang" yang berarti dewa
pencipta. Secara keseluruhan Dieng dapat diartikan sebagai tempat bersemayamnya
para dewa. Sementara para penduduk sekitar sering mengartikan bahwa Dieng
berasal dari kata "edi" yang berarti cantik dalam bahasa Jawa, dan
"aeng" yang berarti aneh. Dengan kata lain Dieng adalah sebuah tempat
yang cantik namun memiliki banyak keanehan.
Terletak pada ketinggian 2000 meter dpl, masyarakat
Dieng patut bersyukur atas melimpahnya kekayaan yang dianugerahkan kepada tanah
mereka yang cantik dan eksotik ini. Kompleks Candi Arjuna yang merupakan candi
hindu tertua di Pulau Jawa masih berdiri dengan tegaknya di tengah deraan waktu
dan cuaca, menjadi bukti warisan kekayaan budaya yang luar biasa. Meskipun
beberapa bagian candi mulai aus dimakan usia, namun candi pemujaan Dewa Siwa
yang dibangun pada tahun 809 M ini tetap kokoh berdiri memberikan nuansa
kedamaian di tengah keheningan alam pegunungan.
Cuaca dingin yang cukup ekstrim untuk sebuah wilayah
yang terletak di daerah tropis telah memunculkan gaya hidup dan gaya berpakaian
yang unik dari para penduduknya. Suhu udara pada siang hari berkisar antara
15-20 derajat celcius sementara pada malam hari berkisar antara 10 derajat
celcius. Pada bulan Juli dan Agustus suhu bisa mencapai 0 derajat celcius pada
siang hari dan -10 derajat celcius pada malam hari.
Udara sejuk dan dingin ini benar-benar dimanfaatkan
oleh penduduk untuk memaksimalkan usaha pertanian mereka. Lahan yang berlimpah
mereka ubah menjadi ladang untuk menanam aneka sayur dan buah-buahan. Komoditas
utama mereka adalah kentang dan kubis. Carica, pepaya Dieng, disulap menjadi
makanan lezat yang selalu diburu sebagai oleh-oleh khas Dieng. Purwaceng, salah
satu jenis rumput yang tumbuh liar, diolah menjadi minuman khas Dieng yang
berkhasiat untuk menambah kejantanan pria. Berbicara tentang kuliner, makanan
khas Dieng lainnya yang wajib dicoba adalah tempe kemul yang lezat dan mie
ongklok Wonosobo yang telah melegenda.
Sesungguhnya Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan
dapat dikatakan sebagai gunung api raksasa. Datarannya terbentuk dari kawah
gunung berapi yang telah mati. Bentuk kawah ini terlihat jelas dari dataran
yang dikelilingi oleh gugusan pegunungan disekitarnya. Namun meskipun gunung
api ini telah berabad-abad mati, beberapa kawah vulkanik masih aktif hingga
sekarang. Di antaranya adalah Kawah Sikidang, yang selalu berpindah-pindah
tempat dan meloncat-loncat seperti "kidang" atau kijang.
Keunikan proses terbentuknya menghasilkan bentang alam
yang eksotik dan tidak ada duanya. Telaga Warna yang memantulkan warna hijau,
biru dan ungu serta pesona keindahan matahari terbit dari puncak Gunung Sikunir
adalah tempat-tempat yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Sebagai tanah yang dipercaya sebagai tempat
bersemayamnya para dewa, aura mistis dan berbagai mitos masih dipercaya oleh
warga asli Dieng. Salah satunya adalah fenomena anak gimbal. Entah mengapa
banyak anak di wilayah ini tiba-tiba berubah menjadi berambut gimbal. Mereka
yang awalnya lahir dalam keadaan normal seperti anak kebanyakan, mendadak
terserang demam tinggi dan tumbuh rambut gimbal di kepalanya. Sebagian besar
warga percaya bahwa anak gimbal adalah keturunan pepunden atau leluhur pendiri
Dieng. Mereka ini kemudian harus dipotong rambut gimbalnya melalui sebuah
prosesi ruwatan, setelah permintaan si anak dipenuhi oleh orangtuanya. Bila
orangtua gagal memenuhinya, maka rambut gimbal akan tumbuh lagi meski telah
dipotong berkali-kali.
menurut saya sejarahnya kurang lengkap, mungkin bisa di tambahi lagi sedikit
ReplyDeleteselain itu kita membaca sejarah ini kita jadi tahu tempat wisata di Banjarnegara, dan kita sebagai generasi penerus kabupaten banjarnegara kita harus melestarikan dan menjaga dataran tinggi dieng agar tidak di klaim oleh kabupaten lain.
terima kasih
XII AP 3
menurut pendapat saya , sejarah tentang Dieng kurang menarik pembaca karena tidak ada gambar . terimakasih .
ReplyDeleteANING XII RPL 2
Walaupun saya bukan orang Banjarnegara saya jadi tahu tentang Candi Dieng. Terimakasih pak
ReplyDeleteLia Lestari
XII TKJ 1
menurut pendapat saya, jika ada gambarnya akan memudahkan pembaca mengetahui tentang kecantikan dan keindahan Dieng
ReplyDeleteRoliza Nanda Pangestika
XII AP 2
Tambahi foto-foto ing Dieng lan keterangan lokasi supados luwih menarik sing maos .
ReplyDeleteNama : Nita Damayanti
Kelas : XII AK2
No. Abs : 19
maturnuwun pak kula dhados mangertos ngenani keindahan dataran tinggi Dieng kanti jelas, miturut kula artikel menika menawi di paringi gambar utawi foto luwih menarik malih.
ReplyDeleteTriana Yuniastuti XII AP2 (29)
MITA TRIANA
ReplyDeleteXII AK 1
Tuladha wewaler ing Desa Gumiwang RT 04/09.
"Cah cilik aja mangan brutu mbesuk mundhak lalinan! Bocah cilik iku aja mangan rempela ati ora ilok! Bocah cilik iku apike mangan endhas supaya mbesuk bisa dadi lurah ( kepala desa ). Yen ora endhas ya bagian cakar, mbesuk ben bisa ceker-ceker pinter nggolek rejeki.”